Induk sapi di kandang belakang rumahku melenguh sampai terdengar di kebisingan dapur ketika acara sakral ini berlangsung. Dua anak sapi berputar-putar seperti gasing di sekitar induk untuk menyusu. Mereka baru lahir seminggu yang lalu. Mereka adalah harta karun Ayah dan Emak. Bahkan, makhluk penuh pesona bernama sapi adalah harta paling berharga yang dimiliki oleh warga di kampungku.
Tamu undangan sudah duduk di barisan kursi yang tertata rapi, kursi warna biru yang dipinjam di lumbung kampung. Semua tamu kompak memakai setelan batik. Khas untuk acara seperti ini. Beberapa laki melengkapinya dengan memakai peci dan yang perempuan berkerudung anggun menutupi kepala, sebagian besar memakai kebaya. Pemuda-pemudi karang taruna sudah bersiap di bagian belakang, dekat meja yang tertata gelas-gelas untuk para tamu. Pemuda berkemeja panjang oranye tua, bawahan gelap, sepatu pantofel, dan berpeci hitam halus. Pemudi berseragam mirip jas warna ungu, bawahan warna seragam, berkerudung juga seragam. Satu lagi, di bagian kiri tertancap cocard bertuliskan “Organisasi Pemuda HASTA MANUNGGAL” dengan lambang dua telapak tangan yang berjabat tangan. Memang, nama organisasi itu memiliki filosofi sendiri. ‘Hasta’ yang berarti tangan, dan ‘Manunggal’ yang berarti bersatu. Jika digabungkan, maka artinya menjadi Tangan Bersatu, lambang persatuan dan kesatuan sesuai sila nomor tiga dari dasar Negara Indonesia.
Baca Selengkapnya Yuk!